Tanah Karo Tanah Karo merupakan dataran tinggi karo dgn ibukota Kabanjahe yang terletak 77 km dari kota Medan, ibukota Propinsi Sumatera Utara. Luas daerah Kabupaten Karo sekitar 2.127,25 kilometer persegi yang terbentang di dataran tinggi dengan ketinggian 600 sampai 1400 meter diatas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut tanah Karo Simalem mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17 derajat celcius. Didataran tinggi Karo inilah bisa kita temukan indahnya nuansa alam pegunungan dgn udara yg sejuk dgn ciri khas daerah buah dan sayur. Di Daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak dalam keadaan aktif berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti Kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo.
| |
Dilihat dari Geografi Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah Hulu Sungai. Wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 kilometer persegi atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah TIngkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2 derajat 50 menit Lintang Utara sampai 3 derajat 19 menit Lintang Utara dan 97 derakat 55 menit Bujur
| |
Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah:
| |
Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 140 sampai dengan 1400
| |
| Kabanjahe |
| 2.127,25 km ² |
| 140 - 1,400 m di atas permukaan laut |
| 276.763 |
| 130 jiwa/km ² |
| US$ 491 |
| Tropis basah Curah hujan 1.000 - 4.000 mm/tahun Suhu udara 16°C - 27°C Kelembaban udara 82% |
| Komoditas sayur-mayur dan buah-buahan Sumber daya hutan (kayu gergajian, log pinus, log rimba) Sumber daya perkebunan (kopi, kemiri, kemenyan) Sektor perikanan darat Bahan galian C (dolomit dan belerang, batu, pasir) Sektor pariwisata (pemandangan alam, udara yang sejuk, bukit-bukit) |
| Industri pengolahan buah-buahan dan sayur-mayur Investasi Industri hasil hutan (kayu lapis) Pembangunan kawasan wisata, hotel dan restoran |
Suatu sore di bulan Desember 2006, tepatnya di Jakarta International Film Festival (JIFFEST) tanpa sengaja saya bertemu dengan Dian Sastrowardoyo, aktris terkenal peraih piala Citra lewat aktingnya dalam film laris “Ada apa dengan Cinta”.
Kebetulan saat itu bioskop Djakarta XXI venue JIFFEST penuh sesak oleh pecinta-pecinta film yang mau menonton film-film dari berbagai penjuru dunia. Sebenarnya sosok Dian Sastro tidak begitu menonjol dibanding penonton lain. Namun feeling saya yang diciptakan sensitif pada artis cantik cepat menangkap sosok Dian. Entah kenapa, sore itu Tuhan begitu baik pada saya, hingga mengabulkan permohonan saya berada satu bioskop dan duduk di dekat Dian Sastro!
Film VOLVER asal Spanyol yang kata orang bagus dan menang di berbagai festival film, justru tidak menarik di mata saya. Malam itu tidak ada yang paling menarik dalam alam pikiran saya selain Dian Sastro yang duduk di dekat saya.
Terus terang saat itu saya tidak bisa kosentrasi lagi. Mata saya memang melotot ke widescreen. Namun hati saya sedang menikmati raga Dian Sastro. Teman saya, seorang sutradara film yang kebetulan duduk di sebelah saya nyeletuk, “Tempat kerja lo kan banyak artis. Cewek gitu aja diliatin. Norak lo!!”. Dengan suara setengah berbisik (agar tidak terdengar Dian) saya berkata, “Ini Dian Sastro, men!”.
Cekurak milik siapa
Menurut kamus besar bahasa Karo karya Darwin Prinst, tertulis pengertian Cekurak adalah menjelekkan orang lain, atau menjelek-jelekkan sifat orang lain. Cekurak bisa juga diartikan dalam bahasa Indonesia, ngomongin orang lain atau yang lebih dikenal dengan nama GOSIP. (lagi…)